Masyarakat sekitar Danau Toba yang tergabung dalam Jaringan Lingkungan Danau Toba (Jalin d-Toba) mengungkapkan berbagai persoalan lingkungan di Senin (22/2/2015), akibat perusahaan yang beroperasi di sekitar danau.
Rapat Dengar Pendapat ini menghadirkan manajemen PT Toba Pulp Lestari, PT Gorga Duma Sari (kayu), PT Aqua Farm (ternak ikan), PT Allegrindo (ternak babi), PT Merek Indah Lestari (pengelola Simalem Resort), dan PT Inalum yang dianggap Jalin d-Toba sebagai perusak lingkungan.
Salah satu kisah yang cukup mengejutkan berasal dari boru Limbong yang melaporkan bahwa kampungnya, Sianjur Mulamula, diteror lebah yang berasal dari hutan yang digarap PT GDS.
"Saya dan bibi saya diserang lebah. Bibi saya meninggal karena itu. Sekarang banyak itu sarang lebah di Sianjur Mulamula, Pak. Banyak juga kasus warga diserang lebah," katanya.
Limbong menduga, operasional PT GDS di Hutan Tele menghancurkan habitat lebah hutan sehingga lebah pun pindah ke permukiman sekitar.
Pimpinan rapat Mustofawiyah sempat bertanya apakah Limbong yakin bibinya meninggal akibat serangan lebah.
"Jangan-jangan meninggalnya karena memang sudah ajalnya," kata politisi Partai Demokrat ini disambut tawa peserta rapat.
Mendengar pertanyaan itu, Limbong seperti kehabisan kata. Ia pun hanya mengatakan bahwa serangan lebah itu juga membuatnya sakit keras sampai perlu berobat ke luar daerah.
Juru bicara Jalin d-Toba, Togu Simorangkir mengecam sikap pimpinan dan peserta rapat yang kurang sensitif itu. "Tolonglah, korban jiwa jangan dijadikan baham tertawaan," katanya.