Anggota DPRD Kota Medan yang baru dilantik kecewa melihat kondisi
gedung dewan yang dinilai tidak representatif. Seharusnya setelah
diresmikan semua ruangan sudah siap pakai berikut sarana dan
prasarananya, ternyata AC tidak berfungsi akibat daya listrik kurang.
Keluhan tersebut disampaikan Edward Hutabarat, Anggota Fraksi PDI Perjuangan.
Dia melihat uang negara habis tidak karuan Rp 90 miliar untuk membangun gedung berlantai 6 tapi di dalamnya berantakan.
“Lihat
saja, toilet jorok, peralatannya sudah rusak, kami bekerja di dewan ini
untuk kepentingan rakyat, kok kami harus berkeringat di ruangan kami
sendiri, bagaimana kami bisa bekerja dengan nyaman, untuk apa dibangun
gedung tinggi-tinggi kalau hasilnya tidak layak huni,” ucap Edward
kepada wartawan, Rabu (17/9) di gedung dewan.
Di ruangan fraksi
PDI Perjuangan terpaksa digunakan kipas angin yang dibawa sendiri dari
rumah. Sementara untuk mengoperasionalkan komputer daya listrik tidak
kuat sehingga komputer padam. Untuk mengatasinya, Fraksi PDI Perjuangan
akan membeli mesin genset sendiri untuk ruangan fraksi agar operasional
bisa berjalan lancar.
“Di gedung dewan kami bekerja memikirkan
anggaran untuk kesejahteraan rakyat, banyak persoalan rakyat yang belum
tuntas dan harus dikerjakan. Untuk itu ruangan bekerja harus nyaman, di
mana-mana gedung dewan itu nyaman, bagaimana kami bisa tenang bekerja
kalau ruangan panas dan pengap,” jelasnya.
Untuk itu, kata
Edward, BPK harus mengaudit nilai gedung tersebut apakah konstruksi dan
material yang digunakan sudah sesuai dengan anggaran Rp 90 miliar yang
dihabiskan.
Kadis Perkim Pemko Medan Ir Gunawan Lubis ketika
ditanya wartawan pada peresmian gedung DPRD Medan, Sabtu (13/9) mengaku
gedung DPRD Medan sudah representatif. Tugas Perkim adalah membangun
kontruksi dan fisik gedung dan instalasi yang ada di dalamnya termasuk
listrik.
Tentang kurangnya daya listrik sudah dimohonkan Perkim
kepada PT PLN, namun PLN belum memenuhi penambahan kekurangan daya
tersebut