Pelaksana Tugas Wali Kota Medan diwakili Sekda Ir Syaiful Bahri Lubis MM membuka Seminar Internasional Duta Melayu XIII (Siri Dialog Utara) di Hotel Madani Medan, jumat (24/5) malam. Seminar yang dihadiri 370 peserta yang merupakan sastrawan dan budayawan dari Indonesia, Malaysia dan Thailand ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menciptakan karya-karya lebih baik dan berkualitas lagi pada masa yang akan datang.
Seminar yang merupkan hasil
kerjasama Duta melayu XIII dengan Program Pascasarjana Universita Muslim
Nusantara (UMN) Al Wasliyah Medan ini, mengusung tema Temu Dialog
Serumpun Melayu Dalam Konteks Kebahasaan dan Kesateraan. Untuk itu
seminar ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan yang
semakin memperkuat hubungan serumpun tersebut.
Dihadapan Ketua Gabungan
Penulis Nasional (Gapena) Malaysia Prof DR Abdul Latirf Bakar, Direktur
Pasca sarjana UMN Al Wasliyah Medan Prof DR Sri Sulistiawati PHD, Rektor
UMN Al Wasliyah Drs H Kondar Siregar, Kadis Pendidikan Kota Medan Drs
Parluhutan Siregar serta para sastrawan dan budayawan, Sekda menilai
seminar ini memiliki arti dan kedudukan yang sangat strategis sebagai
salah satu upaya cara dalam peningkatan pengetahuan serta kemampuan,
terutama dalam bidang sastra dan budaya.
“Jadi saya berharap seminar
ini berjalan dengan sukses dan lancar. Hasilnya dapat menambah
pengetahuan dan membuka cakrawala berfikir, serta memotivasi kita untuk
menciptakan hasil karya yang lebih baik lagi. Selain itu dapat
memberikan masukan sehingga hubungan serumpun ini semakin baik lagi pada
masa yang akan datang,” kata Sekda.
Atas dasar itulah Sekda atas
nama Pemko Medan menyampaikan aspirasi yang setinggi-tingginya kepada
Program Pascasarja UMN Al Wasliyah atas inisiatifnya menggelar seminar
internasional ini. Dia berharap agar kegiatan seperti ini dapat terus
berlangsung dan berkelanjutan. Dengan demikian para generasi muda dapat
terus meningkatkan kemampuannya terutama di bidang sastra dan budaya.
“Saya berharap dengan dengan
kerjasama yang dilakukan dengan Gapena Malaysia dan Thailand, hasilnya
bisa lebih baik dan berkualitas lagi. Untuk itu kepada seluruh peserta
seminar, saya berpesan untuk mengikuti seminar ini dengan sebaik-baiknya
guna memberikan manfaat dalam menciptakan karya-karya yang lebih baik
dan berkualitas lagi pada masa yang akan datang,” harapnya.
Sebelumnya Direktur
Pascasarjana UMN Al Wasliyah Prof DR Sri Sulistiawati PHD, seminar yang
digelar ini merupakan hasil rintisan yang telah dilakukannya beberapa
tahun silam ketika masih menjabat sebagai Rektor UMN Al Wasliyah.
Karenanya, dia sangat berterima kasih kepada Rektor UMN yang sekarang
karena masih peduli dan kembali menggelar kegiatan ini.
“Semoga dengan terus
digelarnya kegiatan ini, mampu memberikan manfaat bagi semua, terutama
mengangkat nama baik UMN Al Wasliyah dalam upaya meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan. Apalagi UMN Al Wasliyah kini telah menjalin
krjasama dengan perguruan tinggi di Malaysia dasn Thailand,” ungkap Sri.
Sedangkan Rektor UMN Al
Wasliyah Drs H Kondar Siregar berharap agar seminar yang akan
berlangsung 24-26 Mei ini, bisa menghasilkan keputusan-keputusan yang
dapat diambil para pengambil keputusan baik itu pemerintah Indonesia
maupun Malaysia sebagai acuan untuk membuat kebijakan.
Sementara itu Ketua Gapena
Malaysia Prof DR Abdul Latief Bakar mengungkapkan, pihaknya membawa 50
peserta dari Malaysia untuk mengikuti seminar ini. Dari jumlah itu,
sebagian diantaranya merupakan orang-orang lama yang ikut menggagas
dideklarasikannya dialog ini pada tahun 1982.
Setelah mengetahui banyak
diantara tokoh penggagas dari Indonesia, terutama Medan yang telah
meninggal seperti T Lukman Sinar dan Samin Siregar , maka Abdul Latief
sebelum melanjutkan sambutannya lebih dahulu mengajak kepada seluruh
peserta yang hadir untuk menghadiahkan bacaan Al Fatihah kepada para tokoh yang telah dipanggil oleh Sang Khalik tersebut.
Abdul Latief selanjutnya ingin
pertemuan ini rutin dilakukan dalam rangka terus meningkatkan hubungan
serumpun, khususnya antara Indonesia dan Malaysia yang sama-sama masuk
dalam rumpun Melayu. Peningkatan hubungan itu dilakukan melalui hubungan
pendidikan, kesenian, kebudayaan dan kesastraan. “Jika sampai terjadi
konflik diantara kedua negara baik Indonesia dan Malaysia yang timbul
akibat provokasi media, maka kitalah yang mengamankannya sehingga
konflik tidak melebar maupun meluas. Jadi kita semua yang hadir ini
adalah duta-duta untuk itu,” harapnya. (