Medan-Sumut,Online
Pena Media.Com
Meski
masih berada pada level yang cukup tinggi, undisbursed loan pada Pebruari 2014
mulai menurun pada bulan laporan tercatat sebesar 12,33 triliun atau
tumbuh negatif 4,05% (mtm). Persentase undisbursed loan terhadap total
kredit tercatal 8,11 persen.
Kepala
Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IX Sumut-Aceh Difi A Johansyah kepada
wartawan di kantornya kemarin mengatakan undisbursed loan pada Pebruari 2014
itu masih berada dibawah rata-rata persentase undisbursed loan selama 1 tahun
terakhir yang sebesar B,73 persen.. “Hal ini dikarenakan kredit
yang telah disepakati belum dapat ditarik, khususnya kreditmodal kerja
yang menyumbang undisbursed loan hingga 19,55 persen,” kata Difi.
Berdasarkan
sektor ekonomi, jelasnya, maka undisbursed loan tertinggi berada di sektor
industri pengolahan khususnya subsektor industri minyak goreng dari
kelapa sawit mentah dan sektor perdagangan besar khususnya subsektor
perdagangan ekspor minyak kelapa sawit mentah.
Kredit
perbankan untuk kegiatan perdagangan internasional di Sumut menurun baik ekspor
maupun impor. Kredit ekspor tumbuh negatif 3,65 persen (mtm) dan impor tumbuh
negatif 2,13 persen (mtm) yang menggambarkan adanya perlambatan kegtatan ekspor
rmpor pada awal tahun 2014. “Namun dukungan perbankan terhadap
kegiatan perdagangan internasional masih cukup baik,” katanya.
Hal
ini tergambar pada pertumbuhan tahunan kredit ekspor impor pada
bulan laporan yang mencapai 6,680/o (yoy) untuk transaksi ekspor dan
64,09 persen (yoy) untuk transaksi impor. Pertumbuhan tahunan kredit ekspor
yang berada dibawah impor menggambarkan bahwa diperlukan perhatian khusus bagi
pengembangan kinerja ekspor di daerah ini. Upaya pemerintah memberlakukan
Fasilitas Kemudahan lmpor Tujuan Ekspor (KITE) sangat diharapkan mampu
mendorong pemanfaatan ekspor kedepannya.
Selain
itu, pangsa kredit untuk sektor UMKM terhadap total penyaluran kredit perbankan
terus meningkat. Pada bulan laporan, pangsa kredit UMKM mencapai 25,96 persen,
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 24,21
persen dan bulan Januari 2014 yang sebesar 25,21 persen. Pangsa
terbesar penyaluran kredit sektor UMKM terdapat pada sektor Usaha Mikro
dan Kecil yaitu sebesar 54,99 persen .
“Peningkatan
pangsa kredit UMKM ini merupakan perwujudan kesungguhan perbankan dalam
menjalankan amanah yang digariskanBank lndonesia untuk mengucurkan kredit usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) minimal 20 persen dari kredit produktif
secara bertahap sejak tahun 2013 hingga 2018,” jelas Difi.
Kewajiban
tersebut tertuang pada Peraturan Bank Indonesia (PBl) Nomor
14122/P8112012. Hal ini juga tidak terlepas dari kesadaran bersama
berbagai pihak yang bersinergi memberikan perhatian terhadap pengembangan
sektor riil khususnya UMKM dalam rangka memperkuat pondasi perekonomian
nasional.Difi menambahkan seiring dengan stabiliasasi perekonomian, ternyata
penyaluran kredit masih menunjukkan trend penurunan. Pada Pebruari 2014 kredit
yang tersalur Rp152,75 triliun, menurun 0,42 persen (mtm) dibanding Januari
2014. Namun fungsi intermediasi masih tetap berjalan baik yang terlihat dari
masih tumbuhnya kredit 14,84 persen (yoy) dibanding posisi sama tahun
2013.
Pertumbuhan
tahunan kredit perbankan konvensional 15,68 persen (yoy) dan syariah 0,54
persen (yoy).Sedangkan posisi sama tahun lalu, perbankan konvensional tumbuh
24,25 persen dan syariah 49.09 persen. Share kredit perbankan konvensional
terhadap total penyaluran kredit mencapai 95,12 persen dan sisanya 4,88 persen
bank syariah.
Gross
Non Performing Loan (NPLs) pada Pebruari 2014 tercatat 2,45 persen, sedangkan
persentase kredit yang disalurkan atau Loan to Deposit Ration (LDR) perbankan
Sumut 97,08 persen. (BR)