Para aktivis mahasiswa dari organisasi kemahasiswaan Islam (OKI) berunjuk rasa di Mapolres Asahan kemarin. Mereka memprotes penyelidikan polisi terkait penyebab kebakaran dua masjid di Kecamatan Aek Kuasan, Asahan, yang diklaim akibat korsleting listrik. Para pengunjuk rasa berasal dari Forum Komunikasi Organisasi Kemahasiswaan Islam (FK-OKI), Himpunan Mahasiswa Al wasliyah (HIMMAH), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU). Massa mengancam akan mengadukan Kapolres Asahan ke Kapolda Sumut apabila kepolisian Asahan tidak bisa mengungkap fakta sebenarnya. “Aksi unjuk rasa ini kita lakukan sebagai bentuk protes karena kami menilai kesimpulan polisi tidak sesuai fakta di lapangan,” ujar Ketua IMM Asahan Kiki Komeini. Pengunjuk rasa menilai,kesimpulan Polres Asahan tentang penyebab kebakaran yang terjadi Kamis dini hari (31/3) lalu tersebut terlalu dini.Menururt mereka,tahapan proses penyelidikan polisi pada saat stetmen tersebut disampaikan Kapolres Asahan AKBP J Didiek kepada para wartawan belum selesai. “Kami sangat menyayangkan kesimpulan polisi ini,”ujar massa. FK-OKI menyatakan, kesimpulan kepolisian tentang penyebab kebakaran tidak rasional. Korsleting arus pendek tidak mungkin terjadi karena pada saat terbakarnya dua masjid tersebut pukul 01.15 WIB dini hari , 90% fasilitas masjid yang menggunakan tenaga listrik tidak difungsikan. FK-OKI menjelaskan, korsleting arus pendek hanya dapat terjadi apabila tegangan listrik out putmelebihi kapasistas daya tampung kabel yang dilalui sehingga dapat menyebabkan pemanasan (terbakar). Selain tidak rasional, pernyataan Kapolres Asahan juga tidak sesuai fakta.Ketidaksesuaian tersebut diantaranya adalah adanya temuan tumpukan kitab suci Al Quran, sajadah dan ambal sholat di tengah ruangan utama masjid yang menurut mereka menjadi indikasi jika terbakarnya dua masjid yang terjadi bersamaan itu merupakan perbuatan yang direncanakan. Karena itu mereka menilai stetmen Polres Asahan merupakan pembohongan publik. “Kami meminta kasus ini diusut tuntas. Polisi harus cari siapa dalang dan pelakunya,” ujar para aktivis. Dalam unjuk rasa ini,massa gagal bertemu kapolres Asahan AKBP J Didiek untuk berdialog.“ Kami menolak jika hanya menggunakan delegasi. Kami ingin semua aktivis bertemu langsung dengan kapolres,” ujar Wiga. Tuntutan aktivis ini dikuatkan dengan keinginan warga Aek Kuasan yang meminta aparat kepolisian segera mengungkap secara transparan dan tuntas apa penyebab kebakaran Masjid At takwa dan Nur Hikmah itu. Kepala Dusun 5 Desa Aek Loba Lasono mengatakan, opini warga lebih mengarah kepada keyakinan jika kedua masjid itu bukanlah terbakar, akan tetapi sengaja dibakar. Keyakinan ini diperkuat dengan fakta yang ditemukan di Masjid Nur Hikmah,masjid yang terparah mengalami kerusakan. Tumpukan puing-puing kitab suci Alquran dan perangkat sholat ini ditemukan warga tepat di bawah kubah masjid yang runtuh di tengah ruang sholat utama. Warga menemukan bara api tepat di bawah jatuhnya kubah. Setelah membersihkan puing itu,warga melihat bara api berasal dari tumpukan benda yang merupakan tumpukan kitab suci Alquran dan sajadah. Nazir masjid Nur Hikmah, Johan, 40, juga mengungkapkan senada.Dia mengaku,saat masjid ditutup usai sholat Jumat, dialah yang merapikan semua sajadah dan karpet.Meski warga tidak percaya jika masjid ini terbakar, namun mereka tetap berusaha tenang untuk menjaga kondusifitas. Anggota DPRD Asahan dari Kecamatan Aek Kuasan,Sofyan Ismail mendesak polisi segera mengungkap penyebab pasti kebakaran. Dia khawatirkan peristiwa sama terjadi di daerah lain jika tidak segera ditangani(Re) |
HomeDua mesjid hangus di Asahan